Rabu, 12 September 2012

Tari Penyembuhan"“tabib” Ti’ih" Suku Walsa-Papua




FESTIVAL Danau Sentani (FDS) ke-V (19-23 Juni) pekan lalu di Pantai Kalkhote, Kampung Harapan, Sentani-Kabupaten Jayapura-Provinsi Papua.
Untuk mencpai tempat FDS,saya mengunakan angkutan umum,di Jayapura disebut “Taxi”tanpa argo.Cukup murah hanya Rp 3000 dari Abepura-menuju terminal Expo,lanjut lagi dengan taxi menuju Sentani ongkosnya Rp 3000.Lima belas menit saja. Bagi mereka yang baru di jayapura bisa langsung ingatkan ke supir,”Kampung Harapan ada”supaya tidak kelewatan.Depan jalan terpasang umbul-umbul.
Tempat Festival berlangsung pantai Khalkote,kira-kira 200 meter.Ada ojek,ongkosnya Rp 5000.Bagi yang suka jalan kakai bisa jalan. Ditengah perjalanan disungguhi dengan pesta pangkur sagu oleh masyarakat suku sentani. Perempuan-perempuan Sentani sedang memerah sagu,sebagian  laki-laki memangkur sagu. Dua meter dari jalan raya,bagi mereka yang berjalan kakai,bisa singgah sebentar.



Begitu saya mendekati,aroma bau sagu yang khas begitu menelisik.Kembali mengingatkan saya pada masa kecil saat pangkur sangu bersama keluarga.Hanya sepuluh menit saja,kemudian saya  melanjutkan perjalana menuju pementasan Festival.




            FDS di buka secara resmi oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wardayatmoko.FDS sudah dicantumkan dalam kalender wisata Indonesia sebagai acara budaya nasional, yang dipromosikan ke mancanegara dan menjadi even tahunan setiap 19-23 Juni.
Saat memasuki arena festival, berbagai atraksi tari-tarian ditampilkan.Tari-tarian yang menceritakan kisah kehidupan manusia Papua dan alam.
Berbusana tradisional dikenakan perempuan,laki-laki dan anak-anak,ikut menari sambil mendengungkan tifa seirama melenggak-lenggokkan tubuh mereka.Para penari,asal Suku Walsa,Kabupaten Keerom,Provinsi Papua.Tari ini mengisahkan tentang Penyembuhan seorang mama yang sedang sakit.
***
PEREMPUAN yang mulai beranjak tua itu terkulai lemas. Sekujur tubuhnya panas-dingin. Ia bagai disengat matahari, namun pula menggigil. Ia hanya membisu menahan sakitnya dalam pembaringan. Suami, anak-anak dan keluarga perempuan itu lalu bersepakat segera memanggil “tabib” Ti’ih−penyembuh ampuh warga suku Walsa,Distrik Waris, Kabupaten Keerom−sosok dewa, penghuni rimba kawasan ini.
Bagian ini mengawali pementasan Tari Penyembuhan oleh suku Walsa dalam Festival Danau Sentani, Juni lalu.
Dengan busana adat kulit kayu, pernak-pernik: manik-manik, cenderawasih dan anak-panah, nyanyian mengundang Ti’ih dikumandangkan. “Huuooo, huuoooo, huuoooo.... Ditimpali tiupan instrumen musik bambu, tabuhan tifa, para penari beriringan memasuki kawasan hutan di sekitar. Hiruk-pikuk itu memecah kesunyian alam. Margasatwa riuh berpencaran mengisyaratkan datang para “tamu’’ Ti’ih, sang tabib.
Tiba-tiba, muncul dihadapan para penari dua sosok manusia dengan seluruh tubuh tersaput pernak-pernik alam. Kepala kedua sosok ini juga ditenggeri cenderawasih.
”Dewa! di rumah ada orang sakit. Kami datang menjemput dewa berdua,”mohon para penari. Kedua Dewa Ti’i menyanggupi. Lalu, tabuhan tifa kembali membahana mengiringi kedua dewa memasuki kampung.
Sementara warga lain siap mengabari si sakit yang masih terbaring lemah. Salah seorang menggamit kedua tangan si sakit yang sudah pucat pasi itu dan membisikinya tentang kedatangan kedua dewa tabib.
Kedua tabib mulai mengobati si sakit dengan mantra-mantra dan guraka. Penari tetap menari mengelilingi si sakit, sementara peserta laki-laki terus memainkan musik, bernyanyi, meniupkan suling, menabuh tifa. Prosesi ini terus berlangsung untuk menyemangati dan memohonkan kesembuhan.
Selang beberapa menit kemudian, si sakit berangsur pulih. Setelah pulih penuh, mama yang sakit itu bangkit dan bergabung dalam dan menari bersama sebagai tanda ucapan syukur atas keajaiban dan baru saja dialaminya.
Kedua dewa tabib itu lalu diiring ke tempat asalnya dan menghilang di telan rimba.
Tari Penyembuhan suku Walsa merupakan pengisahan kembali kisah lama mengenai salah satu sosok sakral leluhur suku ini. ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar